Pada hakekatnya Islam tidak ada dikotomi antara sakral dan profane, artinya semua tingkah laku seorang muslim adalah ibadah jika diniatkan mencari ridho Allah SWT. Pandangan Islam kedudukan seni harus sebagai pendorong untuk mengingat Allah SWT. dengan demikian seni Islam sangat Integral dengan ajaran agama dan bersifat sakral.
Kehadiran Al-Qur’an di awal kehadiran Islam sangat berkorelasi positif dengan tumbuh dan berkembangnya seni kaligrafi Arab D.Sirojuddin.AR (1989). Teori ini memang tepat untuk menggambarkan sumbangsih dan pengaruh kuat Al-Qur’an terhadap dinamika tradisi kaligrafi pada masyarakat Arab, terutama ummat Islam pada masa lampau.
Berdasarkan sejarah sebagai hasil dari ikhtiar itu, lahirlah aliran-aliran kaligrafi yang beragam. Gaya-gaya itu menunjukkan fluktuasi perkembangan yang dinamis, meskipun akhirnya hanya meninggalkan sekitar tujuh gaya lukisan modern, dan gaya ini lebih popular di Indonesia yaitu Naskhi, Tsulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kuffi, Riq’ah, dan Rayhani. Berikut penjelasan dari khat-khat tersebut.
a. Khat Naskhi
Khat Naskhi adalah tulisan yang sampai ke wilayah Arab Hijaz dalam bentuknya yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa kenabian. Khat Naskhi ada 2 model, yaitu:
a) Khat Naskhi Qadim adalah gaya tulisan yang sampai kepada zaman Abbas kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarakat Atabek, lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki.
b) Khat Naskhi Suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan suhufi karena penyebaranya yang luas dilapangan jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi qadim yang lebih lentur dengan banyak putaran, Naskhi suhufi cenderung kaku dan beberapa bagian mendekati bentuk kufi.
b. Khat Tsulus
Di namakan khat Tsulut karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga goresan kalam dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat Tsulus Adi dan Jali.
Khat Tsulus biasanya banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturanya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain baik dari segi kaidah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang
c. Khat Diwani
Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaidah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibarahim Munif. Tulisan ini mulai popular setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintahan dimana tulisan tersebut digunakan dan dewan-dewan pemerintah itulah khat ini menyebar keseluruh kalangan masyarakat.
Karakter Diwani terkenal dengan putaranya sehingga tidak satu pun huruf yang tidak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun.
d. Khat Diwani Jali
Khat Diwani Jali merupakan salah satu gaya kaligrafi yang dibuat oleh masyarakat Turki Usmani hasil olahan kaligrafer Syahlan Pasha. Baik Diwani ‘Adi ataupun Diwani Jali dua-duanya disebut khat Humayuni dan khat Muqaddasi. Humayuni maksudnya raja-raja Humayun, sedangkan Muqaddasi artinya disucikan. Karena gaya ini khusus dipakai menulis para sultan dan sultan adalah bayang-bayang Tuhan di bumi. Kelebihan dan karakter khas Diwani jali dari Diwani ‘Adi adalah pada penyematan tanda syakal dan hiasan titik yang memenuhi ruang tulisan dengan bentuk titik segi empat.
e. Khat Farisi
Gaya khat ini kerap disebut Faris saja mengingat asalnya dari Persia. Keindahan khat ini terletak pada bentuk lengkungannya yang menarik, kurang garisan menegak dan bentuk hurufnya yang condong kekanan dan tidak berbaris.
f. Khat Riq’ah
Khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan biasa ditulis lebih cepat dari pada Naskhi karena kesederhanaanya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte.
Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat. Ciri-ciri khusus khat ini ialah bentuk huruf yang kecil, tegak dan tidak menggunakan baris, lebih cepat dan mudah ditulis jika dibandingkan dengan khat yang lain.
g. Khat Kufi
Kufi ialah bentuk khat yang tertua yang terdiri dari pada skrip tua abjad Nabatean yang diubah. Kufi ialah sebentuk skrip bergaris dan bersudut, lazimnya dengan garis tegak dan melintang memanjang. Pada asalnya skrip ini tidak ada petunjuk konsonan yang membezakan, misalnya, ba ta dan tha.
Dari penjelasan tentang berbagai jenis kaligrafi Arab yang telah memiliki kaidah atau aturan baku yang diciptakan oleh para master kaligrafi dari Timur Tengah maka sebaliknya peneliti membuat karya lukis kaligrafi tidak mengikuti kaidah atau aturan baku dari gaya kaligrafi.
h. Khat Rayhani
Khat Rayhani adalah berasal dari Khat Naskhi dan Khat Tsuluts, yang dikembangkan hingga merupakan tulisan yang indah. Jenis tulisan ini merupakan hasil pengembangan dari Ibnu Al Bawwab, seorang kaligrafer terkenal. Tetapi nama tulisan ini berasal dari seorang yang bernama Ali Ibn Al Ubaydah Al Rayhani, sebagai orang yang pertama menemukan jenis tulisan ini.
Rayhani artinya yang “harum semerbak”, merupakan tulisan yang hampir sama bentuk serta coraknya dengan tulisan Muhaqqaq; sehingga karena kemiripannya disebut tulisan ini adalah si-kembar. Khat Rayhani merupakan jenis tulisan yang sangat digemari, karena khat ini dapat dipergunakan untuk menulis buku-buku agama maupun penulisan mushaf Al-Qur’an.
Kehadiran Al-Qur’an di awal kehadiran Islam sangat berkorelasi positif dengan tumbuh dan berkembangnya seni kaligrafi Arab D.Sirojuddin.AR (1989). Teori ini memang tepat untuk menggambarkan sumbangsih dan pengaruh kuat Al-Qur’an terhadap dinamika tradisi kaligrafi pada masyarakat Arab, terutama ummat Islam pada masa lampau.
“… Di dalam Islam pusat seninya adalah Kaligrafi dan seni Arabesk, kaligrafi Arab berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an sebagai ekspresi kalam Allah SWT. Dan seni Islam itu bukan seni Arab, sebab didalam tradisi Bangsa Arab (sebelum masuk Islam) tidak mengenal seni Kaligrafi dan Arabeks. Seni Islam adalah suatu yang betul-betul dirangsang dan didorong kemunculannya oleh nilai spiritual Al-Qur’an ” (Sumarsono : Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED. Vol: 10: 2013 : 108).
Berdasarkan sejarah sebagai hasil dari ikhtiar itu, lahirlah aliran-aliran kaligrafi yang beragam. Gaya-gaya itu menunjukkan fluktuasi perkembangan yang dinamis, meskipun akhirnya hanya meninggalkan sekitar tujuh gaya lukisan modern, dan gaya ini lebih popular di Indonesia yaitu Naskhi, Tsulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kuffi, Riq’ah, dan Rayhani. Berikut penjelasan dari khat-khat tersebut.
a. Khat Naskhi
Khat Naskhi adalah tulisan yang sampai ke wilayah Arab Hijaz dalam bentuknya yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa kenabian. Khat Naskhi ada 2 model, yaitu:
a) Khat Naskhi Qadim adalah gaya tulisan yang sampai kepada zaman Abbas kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarakat Atabek, lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki.
b) Khat Naskhi Suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan suhufi karena penyebaranya yang luas dilapangan jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi qadim yang lebih lentur dengan banyak putaran, Naskhi suhufi cenderung kaku dan beberapa bagian mendekati bentuk kufi.
Gambar : Khat Naskhi ( di foto dari koleksi Karya Master Kaligrafi Islam ) |
Di namakan khat Tsulut karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga goresan kalam dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat Tsulus Adi dan Jali.
Gambar : Khat Tsulus ( Di ambil dari salah satu karya master Daud Bactas ) |
Khat Tsulus biasanya banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturanya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain baik dari segi kaidah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang
c. Khat Diwani
Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaidah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibarahim Munif. Tulisan ini mulai popular setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintahan dimana tulisan tersebut digunakan dan dewan-dewan pemerintah itulah khat ini menyebar keseluruh kalangan masyarakat.
Gambar : Khat Diwani |
Karakter Diwani terkenal dengan putaranya sehingga tidak satu pun huruf yang tidak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun.
d. Khat Diwani Jali
Khat Diwani Jali merupakan salah satu gaya kaligrafi yang dibuat oleh masyarakat Turki Usmani hasil olahan kaligrafer Syahlan Pasha. Baik Diwani ‘Adi ataupun Diwani Jali dua-duanya disebut khat Humayuni dan khat Muqaddasi. Humayuni maksudnya raja-raja Humayun, sedangkan Muqaddasi artinya disucikan. Karena gaya ini khusus dipakai menulis para sultan dan sultan adalah bayang-bayang Tuhan di bumi. Kelebihan dan karakter khas Diwani jali dari Diwani ‘Adi adalah pada penyematan tanda syakal dan hiasan titik yang memenuhi ruang tulisan dengan bentuk titik segi empat.
Gambar : Khat Diwani Jali ( Sumber gambar www.splart.com ) |
e. Khat Farisi
Gaya khat ini kerap disebut Faris saja mengingat asalnya dari Persia. Keindahan khat ini terletak pada bentuk lengkungannya yang menarik, kurang garisan menegak dan bentuk hurufnya yang condong kekanan dan tidak berbaris.
Gambar : Khat Farisi ( di ambil dari salah satu hasil karya master ) |
f. Khat Riq’ah
Khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan biasa ditulis lebih cepat dari pada Naskhi karena kesederhanaanya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte.
Gambar : Khat Riq'ah |
Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat. Ciri-ciri khusus khat ini ialah bentuk huruf yang kecil, tegak dan tidak menggunakan baris, lebih cepat dan mudah ditulis jika dibandingkan dengan khat yang lain.
g. Khat Kufi
Kufi ialah bentuk khat yang tertua yang terdiri dari pada skrip tua abjad Nabatean yang diubah. Kufi ialah sebentuk skrip bergaris dan bersudut, lazimnya dengan garis tegak dan melintang memanjang. Pada asalnya skrip ini tidak ada petunjuk konsonan yang membezakan, misalnya, ba ta dan tha.
Gambar : Khat Kuffi |
Dari penjelasan tentang berbagai jenis kaligrafi Arab yang telah memiliki kaidah atau aturan baku yang diciptakan oleh para master kaligrafi dari Timur Tengah maka sebaliknya peneliti membuat karya lukis kaligrafi tidak mengikuti kaidah atau aturan baku dari gaya kaligrafi.
h. Khat Rayhani
Khat Rayhani adalah berasal dari Khat Naskhi dan Khat Tsuluts, yang dikembangkan hingga merupakan tulisan yang indah. Jenis tulisan ini merupakan hasil pengembangan dari Ibnu Al Bawwab, seorang kaligrafer terkenal. Tetapi nama tulisan ini berasal dari seorang yang bernama Ali Ibn Al Ubaydah Al Rayhani, sebagai orang yang pertama menemukan jenis tulisan ini.
Gambar : Khat Rayhani |
Rayhani artinya yang “harum semerbak”, merupakan tulisan yang hampir sama bentuk serta coraknya dengan tulisan Muhaqqaq; sehingga karena kemiripannya disebut tulisan ini adalah si-kembar. Khat Rayhani merupakan jenis tulisan yang sangat digemari, karena khat ini dapat dipergunakan untuk menulis buku-buku agama maupun penulisan mushaf Al-Qur’an.
Tag :
Seni Rupa Islam
1 Komentar untuk "Aliran Atau Gaya Kaligrafi Islam"