1. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Perubahan prilaku dalam proses belajar mengajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Biasanya akan dikatakan berbasis apabila ada perubahan dalam diri individu. Belajar menjadikan seseorang lebih matang dalam merespon suatu hal atau keadaan yang sedang terjadi.
Wittig (1981:89) in book Psychology of learning: “any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience”. Wittig dalam bukunya Psychology of learning mendefenisikan belajar ialah: “perbahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman”.
Menurut Reber ada dua macam defenisi belajar. Pertama, belajar adalah The process of acquiring know ledge, yakni proses memeroleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan breaksi yang relatif langgeng sebagai hasil praktik yang diperkuat (Muhibbinsyah, 2010: 89).
Bahkan Havighurst (1983) seorang ahli psikologi menyatakan dalam suatu kalimat “Living is Learning” yaitu suatu gambaran bahwa belajar merupakan hal yang penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak orang ataupun ahli yang membicarakan masalah belajar (Nefi Darmayanti, 2009: 1).
Hintzman (1978: 88) in book “The Psychology of Learning and Memory”: learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila memengaruhi organisme.
Disamping itu Kimble memberi defenisi belajar “Learning is a relatively permanent change in behavior potentiality that occurs as a result o reinforced practice” maksudnya adalah bahwa adanya perubahan yang bersifat relatif permanen, dan perubahan tersebut sebagai akibat dari Reinforced practice. Akibat practice tanpa melihat adanya reinforcement atau tidak, tetapi pada defenisi yang diajukan Kimble dengan jelas menyatakan perubahan itu disebabkan karena reinforced practice (Nefi Darmayanti, 2009: 3).
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengesplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok ummat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang lebih maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar.
Interaksi dalam proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan antara siswa dengan guru. Dengan pengajaran dari guru akan membuat siswa menambah ilmu pengetahuannya. Mulai dari pengetahuan yang mereka tidak tahu bertujuan agar siswa menjadi tahu, dan dari yang tidak faham menjadi faham. Guru selalu memiliki tujuan dari hasil pembelajaran yang telah diberikannya di dalam proses pembelajaran.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pembelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Di samping itu ada pula sebagian orang memandang belajar sebagai pelatihan belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniyah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah adanya perubahan yang terjadi pada dirinya baik prilaku maupun sifat seseorang akibat interaksi dari lingkungan. Karena seseorang yang belajar tentunya akan mengharapkan adanya perubahan dalam dirinya. Bahkan melalui belajar seseorang bebas dalam mengeksplorasi dan menetapkan keputusan-keputusan di dalam hidupnya. Tetapi ada pula orang yang menganggap belajar hanya pelatihan belaka seperti pelatihan membaca, menulis atau hal-hal lainnya. Persepsi ini sering terjadi di dalam proses belajar mengajar antara guru dengan murid, yaitu seorang guru memberi pengetahuan kepada murid dengan tujuan agar murid tahu dan faham terhadap apa yang disampaikan sehingga terjadinya interaksi belajar antara seseorang dengan yang lainnya.
2. Hasil Belajar
Setiap manusia yang melakukan suatu kegiatan selalu mengharapkan adanya hasil dari kegiatan tersebut. Demikian juga sama halnya dengan seorang siswa yang sedang balajar tentu menginginkan hasil belajar yang baik pula. Kualitas proses belajar mengajar dan mutu belajar adalah indikator strategis keberhasilan suatu sistem kurikulum sebagai tolak ukur dari mutu pendidikan itu sendiri. Tinggi rendahnya pendidikan dapat dilihat dari tinggi rendahnya prestasi hasil belajar siswa.
Hasil belajar menurut Blomm (1976) mencangkup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar. (Harun Rasyid, 2008: 13)
Kualitas pembelajaran mempengaruhi kualitas hasil. Hasil yang berkualitas akan mempengaruhi masukan pada proses pembelajaran berikutnya. Ketiga hal tersebut, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan umpan balik merupakan sarana yang dapat menyatukan ketiga hal itu, sehingga control kualitas dapat terus dimonitoring. Kemampuan afektifnya merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa.
Hasil belajar dapat didefenisikan sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar kegiatan dari usaha mencapai perubahan tingkah laku. Hasil belajar dapat berubah seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pemahaman ataupun pengalaman.
Dari pengertian hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat pencapaian akhir dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa. Hal ini tidak terlepas dari arti belajar mencapai hasil yang sebaik mungkin atau dengan kata lain hasil yang menggambarkan sejauh mana perubahan itu terjadi pada anak didik tersebut. Hasil belajar dapat diketahui melalui penilaian dengan cara mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut melalui tes ataupun non tes. Penilaian hasil belajar ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dalam hal penguasaan materi atau untuk mengetahui status siswa dan kedudukannya baik secara individu maupun secara kelompok.
Proses belajar mengajar dan hasil belajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu segala hal yang mempengaruhinya harus dioptimalkan agar menacapai hasil belajar yang baik. Hasil belajar akan bermanfaat bagi masyarakat bila pada lulusan memiliki prilaku dan pandangan yang positif dalam ikut mensejahterakan dan menentramkan masyarakat. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Sehingga perencanaan dalam pencapaian tujuan pembelajaran afektif terus dilakukan agar mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai harus.
3. Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode pembelajaran merupakan strategi bagian dari strategi intruksional, metode intruksional berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada peserta didik, untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak semua metode intruksional sesuai digunakan untuk mencapai tujuan intruksional. Dalam berbagai kegiatan dalam metologi pembelajaran itu murid-murid berlatih untuk mengadakan observasi yang sistematis, membuat catatan dan membuat laporan tertulis.
Menurut Martinis (2013: 8) memandang bahwa pekembangan berfikir terjadi karena adanya perkembangan dialog yang komperatif antara anak dengan anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan lebih banyak.
Metode pembelajaran banyak ditentukan oleh tujuan yang dirumuskan oleh guru. Bila topik yang kita bahas itu luas seperti dalam pengajaran unit, berbagai ragam metode akan perlu digunakan. Biasanya metode mengandung unsur-unsur: (1) uraian tentang apa yang akan dipelajari; (2) diskusi dan pertukaran pikiran; (3) kegiatan-kegiatan yang menggunakan berbagai alat instruksional, laboraturium, dan ain-lain; (4) kegiatan-kegiatan dalam lingkungan sekitar sekolah seperti kunjungan, kerja lapangan, eksplorasi, dan penelitian; (5) kegiatan-kegiatan dengan menggunakan berbagai sumber belajar seperti buku perpustakaan, alat audio visual, dan lain-lain; (6) kegiatan kreatif seperti drama, seni rupa, musik, pekerjaan tangan dan sebagainya. (Syaiful Sagala, 2012: 16)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas metode adalah cara-cara yang digunakan yang dilakukan guru dalam rangka proses kegiatan belajar-mengajar, sehingga individu yang diajar akan dapat mencerna, menerima dan mampu mengembangkan bahan-bahan atau materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
Strategi atau metode adalah kompoen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan, karena keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat di implementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
4. Metode Belajar Mengajar
Mewujudkan proses belajar mengajar yang menekankan pada pendekatan keterampilan proses, harus didukung oleh metode mengajar yang sesuai. Metode mengajar harus berpedoman pada prinsip belajar aktif, sehingga dalam proses belajar mengajar perhatian utama harus ditujukan kepada siswa yang belajar. Proses mengajar harus mengembangkan cara belajar untuk mendapatkan, mengolah, menggunakan dan mengkombinasikan perolehannya.
Dalam menggunakan model mengajar sudah barang tentu guru yang tidak mengenal metode mengajar jangan diharap bisa melaksanakan proses belajar mengajar sebaik-baiknya. Hal yang terpenting dalam metode ialah, bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin di capai. Tujuan untuk mendidik anak agar sanggup memecahkan masalah-masalah dalam belajarnya, memerlukan metode-metode yang lain, bila tujuannya mengumpulkan informasi. Oleh karena itu untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar.
Model merupakan contoh yang dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran, maka dari itu strategi merupakan bagian dari langkah yang dipergunakan model untuk melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian strategi pembelajaran merupakan bagian dari model pembelajaran dan ia bukanlah merupakan strategi pembelajaran.
Menurut Mardapi (2004) dalam proses belajar mengajar (pembelajaran), penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan, satu kesatuan yang utuh dengan pembelajaran. Dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi seperti KTSP, menuntut terpenuhinya tiga ranah sebagai indikator keberhasilan. Tiga ranah ini adalah kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan, dan prilaku. Setiap siswa memiliki potensi pada dua ranah, yaitu kemampuan berpikir dan keterampilan, namun tingkatannya dari satu siswa ke siswa yang lain berbeda. (Harun Rasyid, 2008: 12)
Ada siswa yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, namun keterampilan rendah. Demikian juga sebaliknya ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir rendah, namun memiliki keterampilan yang tinggi. Ada pula peserta didik yang memiliki kemampuan berpikirnya biasa, demikian juga keterampilannya juga biasa, tidak ada yang menonjol. Namun jarang sekali ada peserta didik yang memiliki kemampuan berpikirnya rendah dan keterampilannya juga rendah. Karena apabila demikian, sulit bagi peserta didik untuk bisa hidup dimasyarakat, karena tidak memiliki potensi untuk hidup di masyarakat.
Maisaroh dan Rostrieningsih (2010: 158) dalam Jurnalnya menjelaskan, “Metode pembelajaran yang dipilih oleh seorang pendidik menjadi sumber dan berkait dengan faktor yang lain. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membawa suasana belajar yang menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreatifitas. Suasana belajar yang menyenangkan akan membawa dampak pada motivasi belajar dan disiplin yang meningkat. Motivasi belajar yang tinggi menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang terbaik”.
Pendekatan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif harus diterapkan dalam mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran itu baik ditinjau dari ilmu maupun dari segi pengajaran hubungannya dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Metode yang digunakan disesuaikan dengan pokok bahasan atau masalah yang dikembangkan dengan kegiatan itu, sebaiknya mengharuskan siswa berperan aktif didalamnya.
Dalam setiap pelajaran guru hendaknya memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk memeriksa dan membuktikan kebenaran suatu informasi atau pengalaman. Untuk mendukung terlaksananya kesempatan semacam itu maka guru perlu meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dengan demikian keterlibatan mental siswa akan betul-betul terwujud semaksimal mungkin, karena tidak ada satu metode mengajar yang baik untuk semua materi pelajaran dan untuk semua materi pelajaran dan untuk semua situasi belajar maka guru harus memilih berbagai metode mengajar yang memadai.
Dalam menggunakan model pembelajaran sebaiknya guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan sebaik-baiknya. Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar perlu diketahui metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan oleh guru antara lain: model mengajar menggunakan metode ceramah, model mengajar menggunakan metode tanya-jawab (respon), metode mengajar menggunakan metode diskusi, model mengajar menggunakan metode demonstrasi, model mengajar dengan menggunakan metode sosiodrama, model belajar menggunakan metode karyawisata, model mengajar menggunakan metode kerja kelompok, model mengajar menggunakan metode latihan, model mengajar mengguankan metode pemberian tugas, dan model mengajar menggunakan metode eksperimen.
NO
|
METODE
|
KEMAMPUAN
YANG AKAN DICAPAI BERDASARKAN INDIKATOR
|
1
|
Ceramah
|
Menjelaskan konsep/ prinsip/ prosedur.
|
2
|
Demonstrasi
|
Mejelaskan suatu keterampilan berdasarkan
standar prosedur tertentu
|
3
|
Tanya Jawab
|
Mendapatkan umpan balik/ partisipasi/
menganalisis.
|
4
|
Penampilan
|
Melakukan suatu keterampilan.
|
5
|
Diskusi
|
Menjelaskan/ menetapkan/ menganalisis/
mensintesis/ mengevaluasi/ melakukan suatu hal yang bersifat kognitif maupun
psikomotorik.
|
6
|
Studi Mandiri
|
Memperjelas konsep/ prinsip/ prosedur.
|
7
|
Kegiatan Pembelajaran Terprogram
|
Melakukan suatu keterampilan.
|
8
|
Latihan Bersama Teman
|
Memperjelas/ menerapkan/ menganalisi suatu
konsep dan prinsip.
|
9
|
Stimulisasi
|
Memperjelas/ menerapkan/ menganlisis/ konsep/
prosedur/ prinsip tertentu.
|
10
|
Pemecahan Masalah
|
Menganalisis dan memecahkan masalah.
|
11
|
Studi Kasus
|
Menganalisis dan memecahkan masalah.
|
12
|
Insiden
|
Melakukan suatu keterampilan.
|
13
|
Pratikum
|
Melakukan sesuatu/ menyusun laporan suatu
kegiatan.
|
14
|
Proyek
|
Menerapkan suatu konsep/ prinsip/ prosedur.
|
15
|
Bermain peran
|
Menganalisis/ memecahkan masalah.
|
16
|
Seminar
|
Menganalisis/ memecahkan masalah.
|
17
|
Simposium
|
Menganalisis masalah.
|
18
|
Tutorial
|
Memperjelas/ menerapkan/ menganalisis konsep/
prosedur/ prinsip.
|
19
|
Deduksi
|
Menjelaskan/ menetapkan/ menganalisis/
konsep/ prosedur/ prinsip.
|
20
|
Induksi
|
Mensintesis suatu konsep prinsip atau prilaku.
|
21
|
Assisted Learning
|
Mengkaji/ menerapkan/ menganalisis/
mensitesis/ mengevaluasi suatu.
|
0 Komentar untuk "Pengertian Belajar, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Metode Belajar Mengajar, "