Kaligrafi secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, calligraphy yang berasal dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu kallos: beauty (indah) dan graphein : to write (menulis) yang berarti : tulisan yang indah. Dalam bahasa Arab, biasa disebut khat yang berarti garis atau coretan pena yang membentuk tulisan tangan. Dan disebut fann al-khath dalam arti seni memperhalus tulisan atau memperbaiki coretan.
Definisi lebih lengkap dikemukakan oleh Syeikh Syam Al-Din Al-Akfani di dalam kitabnya, Irsyad Al Qasid (D. Sirojudiddin AR, 1992: 1-2) sebagai berikut:
“Khat atau kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis; mengubah ejaan yang perlu diubah dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya.”
Muhammad Thahir ibn Abd al-Qadir al-Kurdi dalam karyanya Tarikh al-Khath al-Arabi wa Adabihi pernah mengumpulkan sekitar tujuh macam pengertian kaligrafi atau khat dan kemudian menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kaligrafi adalah suatu kepandaian untuk mengatur gerakan ujung-ujung jari dengan memanfaatkan pena dalam tata cara tertentu. Yang dimaksud dengan “pena” disini adalah pusat gerakan ujung-ujung jari; sementara “tata cara tertentu merujuk pada semua jenis kaidah-kaidah penulis (Ilham khori R, 1999: 50-51).
Banyak lagi ungkapan yang merujuk kepada pengertian kaligrafi. Ubaidullah ibn Al-Abbas menyebutnya sebagai lisan al-yadd atau lidahnya tangan: karena dengan tulisan itulah tangan berbicara. Ringkasnya. “khat itu ibarat di dalam tubuh”.
Dapat dipastikan, bahwa kalam atau pena memiliki kaitan erat dengan seni penulisan kaligrafi. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa penerimaan seni kaligrafi sebagai trend dan primadona yang merata disebagian kalangan ummat Islam disebabkan oleh pengaruh motivasi Al-Qur’an untuk mempelajarinya.
Usaha menghubungkan karya seni rupa dengan konteks-konteks tertentu sudah dilakukan sejak lama oleh ahli filsafah atau sejarawan salah satu diantaranya adalah Hippolyte Taine, seorang eksponen positivisme terkemuka yakni pada abad ke-19. Dia beranggapan bahwa karya seni rupa perlu dihubungkan tidak hanya dengan konteks artistik tetapi juga dengan konteks-konteks ras, iklim, adat-istiadat dan lain-lain (Sumartono. jurnal penciptaan dan pengkajian seni. 2005: 57).
Dari pendapat beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa kaligrafi merupakan ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf yang ditulis dan berkaitan erat dengan seni, tradisi dan budaya yang di dalamnya terdapat berbagai macam bentuk huruf (aksara). Begitu halnya dengan seni kaligrafi yang dapat dihubungkan dengan konteks agama dan tradisi, dimana pengaruh seni kaligrafi dapat mengalir terus menerus sampai generasi berikutnya.
Adapun Kaligrafi Arab berasal dari kaligrafi Mesir (Kan’an semith atau Tursina). Lalu terpecah menjadi khat Feniqi (Funisia), yang pecah pula menjadi Arami dan Musnad dengan cabang-cabang (Arami): Nabati di Hirah atau Huron dan Satranjili-Suryani di Irak; dan (Musnad): Safawi, Samudi, Lihyani (utara jazirah Arabia) dan Humeiri, selatannya (D. Sirojudiddin AR, 1992: 20).
Dengan demikian, kaligrafi Arab adalah tulisan indah yang berasal dan berkembang di wilayah Arab. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Arabic calligraphy dan dalam bahasa Arab dinamakan al-khat al-Arabi. Terdapat pula sejumlah istilah lain seperti Islamic calligraphy, fann al-khat al-Arabi atau Qur’anic calligraphy yang merujuk pada hal yang sama: kaligrafi Arab (Ilham khori R, 1999: 51-52).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan tulisan Kaligrafi Arab berasal dari rumpun bangsa Smith yang berada di semenanjung Arabia yang mana kaligrafi Arab pecah menjadi beberapa macam bentuk sehingga berkembang di wilayah Arab.
Tag :
Seni Rupa Islam
0 Komentar untuk "Pengertian Kaligrafi dan Asal Kaligrafi Arab Islam "