1. Estetika
Estetika
adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan
sesorang, tetapi rasa keindahan tersebut baru akan dirasakan apabila terjalin
perpaduan yang harmonis dari elemen-elemen keindahan yang terkandung dalam
suatu objek. (Kusmianti : 2004 : 5)
Dalam teori Total Desaign disebutkan bahwa dari sekian banyak persyaratan yang harus diperhitungkan, maka faktor estetika termasuk dimensi yang dianggap penting dalam proses desain. Faktor tersebut menjadi daya tarik konsumen karena mampu memenuhi selera dan kepuasan emosional. (Struart Pugh , Kusmianti : 2004 : 5)
Dalam teori Total Desaign disebutkan bahwa dari sekian banyak persyaratan yang harus diperhitungkan, maka faktor estetika termasuk dimensi yang dianggap penting dalam proses desain. Faktor tersebut menjadi daya tarik konsumen karena mampu memenuhi selera dan kepuasan emosional. (Struart Pugh , Kusmianti : 2004 : 5)
Konsep estetika telah dipelajari sejak zaman Yunani Kuno, bahkan dijadikan sebagai falsafah hidup yang bersifat primordial, yaitu sikap memuja sosok yang sarat dengan nilai kemanusiaan yang saling sempurna, dan menganggap hanya dewa-dewa saja yang merupakan sosok yang memiliki kelebihan.
Seni sering disertakan dengan agama, dalam arti meneladani alam dan menjadikan manusia sebagai puncak keberhasilan proses alamiah, seperti yang terlihat pada patung Appolo atau Aphrodite dari Melos, Yunani. Kesempurnaan kedua patung tersebut dianggap sebagai ciri ideal, karena bentuk dan proporsinya yang sempurna Terkesan mulia, tenang dan anggun.
Meskipun karya seni memiliki pesyaratan ideal dalam hal bentuk dan struktur, namun bukan penghalang dalam bereksperimen. Pencarian karya estetik adalah suatu usaha membentuk komunikasi perasaan yang mampu memberi kepuasan dan kenyamanan lewat keindahan.
Lipp berpendapat bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan perasaan subyektif atau pertimbangan selera (die kunt ist die geflissenliche hervorbringung des schones).(Dharsono : 2007 : 6 )
Ada dua teori tentang keindahan, yaitu yang bersifat
subyektif dan objektif. Keindahan subjektif ialah keindahan yang ada pada mata
yang memandang. Keindahan objektif menempatkan keindahan pada bentuk yang
dilihat. Dapat disimpulkan bahwa keindahan tidak dapat disimpulkan begitu saja
karena ada faktor pendukung yang dapat dikatakan sesuatu itu indah.
2. Estetika
Islam
Penulis seni Islam biasanya mengawali pembahasannya
tentang Islam setepat mungkin. Jika kita mampu menggali esensi Islam, maka akan
lebih mudah mengidentifikasi esensi dari seni Islam dan menggunakannya sebagai
kriteria untuk menilai seni Islam.
Routledge Companion to Aesthetics (Oliver Leaman :2005; 40) sebuah buku terdiri dari 46 bab, tidak satu bab pun membahas soal agama. Masalahnya agama dianggap begitu kecil artinya bagi estetika sehingga nyaris tidak memerlukan pembahasan. Walau agama telah memainkan peran yang sangat besar dalam meletakkan kriteria tentang keindahan dan penciptaan objek-objek seni.
Misalnya : Penggunaan lain dari cahaya, adalah sebagai alat untuk meredupkan dan menyebarkan cahaya siang yang langsung masuk ke dalam ruangan shalat melalui tirai dan kisi-kisi jendela. Kemudian melalui dinding yang dilubangi dengan kaligrafi berpola, tabir itu menjadi semacam selaput antara bagian luar dan bagian dalam. Jadi, penggunaan arsitektural untuk meredupkan dan menyebarkan cahaya dipandang memiliki fungsi relegius.
Dalam tradisi Islam, ekspresi spiritual dan ragawi sepenuhnya menggantikan gambar dengan kosakatanya yang ilustratif, sementara estetika Islam mengungkapkan kualitas spiritual dari suatu subjek. Menghindari imitasi natural dengan, yakni gaya berkesinambungan dan berulang yang memiliki nilai estetik, dan konotatis spiritual yang menunjukkan ketakterbatasan Tuhan. ( Oliver : 2005 : 45).
Dalam seni kaligrafi modern, terlihat semua halaman atau tampilan penuh dengan huruf dan kata berbaris, yang menggambarkan konflik dan pengaturan, atau kata-kata seperti “damai” dalam bentuk gambar burung merpati. Sebagai pengadaan terhadap dekorasi Islam modern. Mengilustrasikan suatu topik tertentu, khususnya didalam masjid-masjid yang jauh dari pusat-pusat wilayah Islam, contoh di Eropa atau Amerika Utara. Di dalam masjid-masjid tersebut terdapat banyak penggunaan gambar dan poster Ka’bah, gambar masjid Nabawi di Madinah, Kubah Batu (The Dome Of The Rock), dan gambar makam Husain di Karbala.
Salah satu contoh terbaik tentang keindahan seni Islam adalah kaligrafi. Kata salam dalam bahasa Arab yang membentuk struktur seekor burung merpati, menjadi sebuah desain yang popular pada banyak T-Shirt. Di sini, bukanlah makna teks yang menjadikan kaligrafi tersebut begitu mengesankan karena tanpa hiasan tampilan tertulis yang khas, makna teks itu sudah dengan sendirinya mengesankan. Pada tingkat tertentu, peran Islam sebagai agama monoteis terakhir boleh jadi telah mengarah pada pencarian sebuah pendekatan alternative terhadap seni lukis.
Gambar : Lukisan AD Pirous Salah Satu Master Lukisan Kaligrafi |
Abdelkedir Khatibi dan Mohammed Sijelmassi menjelaskan: Seorang seniman Muslim karena dibatasi oleh larangan menggambar wajah Tuhan dan manusia. Maka rujukkannya kembali pada teori dasar yang menegaskan bahwa segala sesuatu harus melewati dan kembali pada teks suci. Membuat keserupaan bentuk dari suatu objek ( hanya Tuhan yang dapat mencipta ). ( Oliver Leaman. 2005:88)
Paling tidak, ada tiga istilah untuk penciptaan. (1)
khalq, berkaitan dengan penciptaan
dalam arti memahami kemungkinan-kemungkinan sesuatu, dan bahwa pencipta sadar
akan segala kemungkinan yang terdapat di hadapannya sebagai bakal-bakal wujud. Bari, segala yang menyangkut produksi ;
dan mushawwir yang memperindah pada
bentuk (yang sudah ada), dan ini merupakan hal yang memiliki hubungan paling
dekat dengan para seniman dan arsitek ; karena itu, kata untuk pelukis dalam bahasa Arab adalah mushawwir.
Pelukis acap dianggap sebagai penipu yang lihai karena mencoba bersaing dengan Tuhan untuk pencipta. Kreasi seni dilarang dalam Islam lantaran hanya Tuhan yang dapat mencipta adalah keliru. Peran kreatif Tuhan yang sangat tinggi tidak menghambat usaha-usaha manusia untuk berkreasi meskipun jelas bahwa kreasi yang kita maksud jauh berbeda dengan kreasi ketuhanan. Sering diperdebatkan bahwa perbedaan Tuhan dan makhluk-Nya tidak hanya pada tingkatan, tetapi juga pada jenisnya. Artinya, mengatakan “Tuhan mencipta” sangat berbeda dengan mengatakan “kita mencipta”.
Sebenarnya, mengaitkan dua penggunaan istilah kreasi tersebut dapat mengarah pada kemusyrikan atau pemberhalaan, termasuk mengasosiasikan sifat kreatif Tuhan dengan sifat kreaatif manusia. Disisi lain, menyangkal kemiripan sifat kretif yang kita maksudkan ketika membandingkan Tuhan dengan ciptaan-Nya menimbulkan resiko lain, yaitu kegagalan untuk memaknai Tuhan beserta sifat-sifat-Nya. Sekali lagi, teolog yang berhasil adalah teolog yang mampu mendamaikan dua sikap ini dan cakap. Merumuskan titik temu antara keduanya. Dengan demikian, Tuhan sebagai pencipta, misalnya merefrensikan model pencipta sempurna, yang penciptaan-Nya tidak mengenal batas. Sedangkan makhluk manusia hanya dapat mencipta secara terbatas.
Lain halnya didalam menciptakan suatu karya seni dari pengalaman jiwa atau batin yang sifatnya estetik, artistik merupakan faktor yang berperan penting dalam terwujudnya konsep hingga pada proses penciptaan karya.
Seni adalah ekspresi
jiwa manusia yang diwujudkan dalam bentuk karya. Penciptaan seni terjadi oleh adanya
cipta, rasa, dan karsa. Penciptaan dibidang seni mengandung pengertian yang
terpadu antara kreativitas dan inovasi yang sangat dipengaruhi oleh rasa. Namun
demikian, logika dan daya nalar mengimbangi rasa dari waktu ke waktu dalam
kadar yang cukup tinggi. Rasa muncul karena dorongan kehendak naluri yang
disebut karsa. Seni mempunyai hubungan yang erat dengan unsur-unsur kebudayaan
yang lain. Isi dan bentuk seni tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam 7 (tujuh) unsur pokok budaya. Tema-tema seni berakar pada
nilai-nilai agama, organisasi sosial, sistem teknologi, sistem pengetahuan,
bahasa dan sistem ekonomi (Bandem dalam jurnal penciptaan dan pengkajian seni
2005 : 20).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penciptaan karya seni bukanlah berarti sikap untuk menyaingi Tuhan, melainkan hanya sebagai salah satu bentuk pengekspresian diri dari manusia untuk menghasilkan sebuah karya yang bersifat sementara.
0 Komentar untuk "Estetika Dan Estetika Islam Pada Karya Seni Kaligrafi"