Telah banyak seniman pendahulu yang mengekspresikan kaligrafi Islam dalam berbagai media. Mulai dari pemakaian alat dan bahan maupun teknik yang di gunakan.
Dilihat dari perubahan-perubahan gaya kaligrafi Arab yang semakin berkembang dengan mengekspresikan gaya tersendiri bagi penciptanya dan tidak mengacu pada gaya kaligrafi Arab murni. Hal ini disebabkan karya itu dipengaruhi oleh dua pandangan filsafat seni yang saling bertentangan, yakni isolasionisme dan kontekstualisme. Isolasionisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa untuk mengapresiasi karya seni ( dalam hal ini seni rupa) orang cukup mengamati karya tersebut tanpa perlu mengaitkannya dengan konteks-konteks dari karya tersebut. Sebaliknya, kontekstualisme beranggapan bahwa mengapresiasi karya seni orang harus mengaitkannya dengan konteks-konteks atau setting dari karya tersebut (Sumartono dalam jurnal penciptaan dan pengkajian seni 2005: 56)
Pada karya lukis kaligrafi Islam, sebuah lukisan dengan mengambil objek huruf-huruf Arab. Biasanya mengambil ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadist yang diiringi background seirama. Nilai estetik dampak yang ditimbulkan oleh karya seni tidaklah serupa dengan nilai guna suatu benda pakai yang tidak menjadi bagian dari nilai dampak benda tersebut. Tujuan pembuatan karya seni tentunya menentukan seberapa besar nilai karya seni itu. Baik awam maupun kritikus biasanya menilai karya seni itu dari segi seberapa besar kemampuannya membawakan dampak atau efek tertentu atau menyajikan gagasan atau isi ( contect ) tertentu. Keterkaitan antara kemampuan dimaksud dan tujuan dibuatkannya karya seni dengan demikian akan terlihat dengan jelas.
Menurut Haryanti Soebadio (2005) mengatakan bahwa “bahwa suatu jenis seni terdapat dibanyak wilayah dunia dengan ungkapan yang serupa” (Sumartono dalam jurnal penciptaan dan pengkajian seni 2005: 7). Ini menyatakan bahwa didalam pembuatan karya seni para seniman mengungkapkan karyanya dengan hal yang serupa seperti pemakaian alat atau bahan, tetapi yang dapat membedakannya adalah karakter dari teknik pembuatan karya seni tersebut.
Berikut adalah Beberapa hasil karya seni lukis dari para seniman terdahulu yang merefleksikan ide dan gagasannya pada karya seni lukis kaligrafi Arab antara lain:
Dilihat dari perubahan-perubahan gaya kaligrafi Arab yang semakin berkembang dengan mengekspresikan gaya tersendiri bagi penciptanya dan tidak mengacu pada gaya kaligrafi Arab murni. Hal ini disebabkan karya itu dipengaruhi oleh dua pandangan filsafat seni yang saling bertentangan, yakni isolasionisme dan kontekstualisme. Isolasionisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa untuk mengapresiasi karya seni ( dalam hal ini seni rupa) orang cukup mengamati karya tersebut tanpa perlu mengaitkannya dengan konteks-konteks dari karya tersebut. Sebaliknya, kontekstualisme beranggapan bahwa mengapresiasi karya seni orang harus mengaitkannya dengan konteks-konteks atau setting dari karya tersebut (Sumartono dalam jurnal penciptaan dan pengkajian seni 2005: 56)
Pada karya lukis kaligrafi Islam, sebuah lukisan dengan mengambil objek huruf-huruf Arab. Biasanya mengambil ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadist yang diiringi background seirama. Nilai estetik dampak yang ditimbulkan oleh karya seni tidaklah serupa dengan nilai guna suatu benda pakai yang tidak menjadi bagian dari nilai dampak benda tersebut. Tujuan pembuatan karya seni tentunya menentukan seberapa besar nilai karya seni itu. Baik awam maupun kritikus biasanya menilai karya seni itu dari segi seberapa besar kemampuannya membawakan dampak atau efek tertentu atau menyajikan gagasan atau isi ( contect ) tertentu. Keterkaitan antara kemampuan dimaksud dan tujuan dibuatkannya karya seni dengan demikian akan terlihat dengan jelas.
Menurut Haryanti Soebadio (2005) mengatakan bahwa “bahwa suatu jenis seni terdapat dibanyak wilayah dunia dengan ungkapan yang serupa” (Sumartono dalam jurnal penciptaan dan pengkajian seni 2005: 7). Ini menyatakan bahwa didalam pembuatan karya seni para seniman mengungkapkan karyanya dengan hal yang serupa seperti pemakaian alat atau bahan, tetapi yang dapat membedakannya adalah karakter dari teknik pembuatan karya seni tersebut.
Berikut adalah Beberapa hasil karya seni lukis dari para seniman terdahulu yang merefleksikan ide dan gagasannya pada karya seni lukis kaligrafi Arab antara lain:
A.D Pirous merupakan salah seorang tokoh penting dalam seni rupa modern di Indonesia. Kemunculannya pada artist 1960-an ikut mempengaruhi perkembangan seni rupa di kemudian hari. Ia terutama dikenal sebagai perupa yang pertama kali mengembangkan kaligrafi Arab (tulisan Arab yang artistic) pada karya-karya grafis dan lukisan. Inovasi ini menempatkan dirinya memiliki peran penting dalam melahirkan kecenderungan seni rupa Islami.
Masa A.D Pirous membulatkan hati dan mempersiapnkan diri menjadi pelukis, antara tahun 1956 dan tahun 1965 bukanlah masa yang tenang dan gampang. Pekerjaannya masa itu memperlihatkan pergantian corak yang cepat, kadang-kadang kembali untuk waktu yang singkat kepada corak yang sudah ditinggalkan; juga nampak percobaan-percobaan dengan berbagai unsur lukis dan dengan bahan dan teknik. Seperti yang dijelaskan didalam buku Painting, Etching, and Serigraphy (A.D Pirous : 1985).
They are moving dynamically due to lines with various direction, thicknes, and roughness. We fine “wiid” strokes. The painting has no transparaency. Pirous seems to be driven by to tendencies: orden and dynamism, two things to be harmonized in his later work while experimenting many directions. He explores a great deal into the potential of visual elements: lines, stokes, texture, etc., and of materials and thecniques as well ( A.D Pirous. 1985: 32)
Segala sesuatu nampak bergerak meliuk oleh garis-garis tegas yang beragam arahnya, tebal tipisnya, dan halus kasarnya. Disana-sini kita menjumpai coretan yang “liar”. Tidak ada efek kebeningan. Pirous nampaknya ditarik oleh dua kecenderungan : ketertiban dan kedinamikaan yang harus didamaikannya didalam berbagai lukisannya kemudian, sambil melakukan percobaan ke berbagai arah. Ia menjajaki berbagai kemungkinan unsur lukis seperti garis, sapuan barik dll, serta kemungkinan bahan dan teknik ( A.D Pirous. 1985: 32)
Lain halnya dengan pelukis kaligrafi Syaiful Adnan, Syaiful Adnan dianggap oleh sesama pelukis kaligrafi Arab, telah menemukan bentuk khat di luar delapan baku yang telah ada. Didalam karyanya tersebut ia menuliskan surat Al-Fatihah dari ayat 1 sampai ayat ke 7. Dengan memakai gaya sendiri dan tidak terpaku pada gaya kaligrafi murni. Mereka menamakan sebagai gaya khat Syaifuli. Kemampuan Syaiful menemukan bentuk khat baru ini justru karena ia tidak secara khusus belajar menulis kaligrafi Arab. Ketidaktahuan ini justru telah memberinya keleluasaan atau kebebasan dalam menuliskan huruf-huruf Arab yang memang plastis itu sesuai dengan keinginannya. Berikut contoh lukisan dari Syaiful Adnan :
Gambar : Karya Lukis Syaiful Adnan |
Dari perkembangan seni Kaligrafi Islam yang tersebar diseluruh Indonesia dan dunia membuat perkembangan lukisan kaligrafi semakin pesat. Berbagai macam karakter lukisan yang mencerminkan jati diri sang pelukis membuat perbedaan itu semakin menarik.
Berikut Adalah contoh Karya seni lukis kaligrafi lainnya yang semakin berkembang
Gambar : Karya Seni Lukis Kaligrafi ( Di Foto Dari Koleksi Karya Pribadi ) |
Tag :
Opini
0 Komentar untuk "Seniman Sebagai Pencipta Karya Pada Lukisan Kaligrafi"